Jakarta (ANTARA News) - Turunnya prosentase impor Korea dari Indonesia yang sebelumnya mencapai 3,2 persen menjadi 2,6 persen menunjukan Indonesia kurang agresif melakukan aktivitas ekspor-impor.

Pernyataan itu disampaikan para pengusaha tekstil Korea yang tergabung dalam "Korea Federation of Textile Industries" (Kofoti) saat bertemu dengan Forum Industri Tekstil dan Apparel Indonesia-Korea di Jakarta, Rabu.

Melalui forum itu, 17 perusahaan tekstil dan produk tekstil (TPT) Korea yang hadir mengharapkan iklim investasi di Indonesia berubah sehingga investasi benar-benar menguntungkan.

Wakil Ketua API Ade Sudrajat menilai, pihak Korea menganggap Indonesia memiliki sumber daya manusia terampil yang mampu menghasilkan produk TPT berkualitas, sementara Korea mendatangkan teknologi tekstil terbaiknya sehingga ada transfer teknologi pertekstilan ke Indonesia.

Dia mengatakan Korea ingin memproduksi TPT di Indonesia untuk kemudian mengekspornya ke seluruh dunia dan ini akan meningkatkan ekspor Indonesia serta memperbesar penyerapan tenaga kerja.

"Korea tertarik mengembangkan investasi TPT, khususnya sektor garmen atau pakaian jadi. Sektor ini menyerap tenaga kerja lebih banyak dan realisasinya lebih cepat," jelas Ade.

Sekertaris Eksekutif API, E. G. Ismy mengungkapkan di Indonesia saat ini terdapat 60 perusahaan garmen Korea yang telah menanamkan investasi sebesar 30 miliar AS dolar.

Ismi mengungkapkan, Korea menginginkan produk garmen Indonesia lebih banyak diekspor ke Korea mengingat 65 persen garmen Korea saat ini dikuasai Cina.

Ismy menguraikan, tujuan ekspor TPT utama Indonesia adalah Amerika Serikat yang mengambil pangsa 36 persen, 16 persen diekspor ke Eropa, lima hingga enam persen ke Jepang, 7,21 persen ke ASEAN dan sisanya diekspor ke 200 negara.

Sampai saat ini, Korea tak memberi perlakuan khusus terhadap kegiatan ekspor-impornya dan mengharapkan kerjasama diantara kedua negara ditingkatkan dengan membuat berbagai kemudahan ekspor dan impor. (*)
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © 2011