Jumat, 12 Agustus 2011

Tim Penjemput Nazar Tiba di Halim Sabtu, 13 Agustus 2011 | 04:55 WIB


TEMPO Interaktif, Jakarta - Iring-iringan mobil penjemput tersangka kasus suap wisma atlet, Muhammad Nazaruddin, telah memasuki Bandar Udara Halim Perdanakusuma. Mereka datang sekitar pukul 03.45 WIB melalui pintu masuk cargo bandara.

Iring-iringan terdiri dari lima mobil KIA travel berwarna perak yang di dalamnya terpasang jeruji besi. Menyusul di belakangnya mobil Innova hitam, sebuah Fortuner, dua mobil patroli polisi, dan dua Fortuner bernomor polisi.

Berdasarkan pantauan Tempo, para penjemput Nazar berasal dari personel Badan Reserse Kriminal Mabes Polri yang datang mengenakan seragam sipil. Ada pula personel Brigade Mobil dan satuan lalu lintas yang datang berseragam lengkap.

Puluhan personel Kepolisian Resort Jakarta Timur terlihat ikut ambil bagian. Mereka tampak siaga di sekitar area parkir bandara dengan mengerahkan puluhan personel yang dilengkapi belasan kendaraan patroli.

Tersangka kasus suap wisma atlet, Muhammad Nazaruddin, diperkirakan tiba pagi ini. Mantan Bendahara Partai Demokrat yang diciduk di Kota Cartagena itu terbang ke Jakarta dengan menggunakan pesawat carteran, Gulfstream

Pertukaran Data Ekspor-Impor Kini Lebih Cepat



JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, dan Badan Pusat Statistik melakukan penandatanganan nota kesepahaman atas pertukaran data terkait kegiatan ekspor dan impor. Dengan ini, pertukaran data dapat lebih akurat dan cepat di antara ketiga instansi tersebut.

"Kerjasama ini sebetulnya dari dulu sudah ada. Cuma dulu lebih terbatas dan agak manual," ujar Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution, dalam konferensi pers penandatangan nota kesepahaman antara ketiga institusi tersebut tentang pertukaran data terkait kegiatan ekspor dan impor, di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu ( 10/8/2011 ).

Dengan penandatanganan ini, lanjut dia, kegiatan pertukaran data akan dibangun menjadi suatu sistem yang terhubung langsung dengan Kementerian Keuangan, termasuk juga Dirjen Bea Cukai, Dirjen Pajak, BI, dan BPS. "Kerjasama ini sebetulnya peningkatan kerjasama yang sudah ada, akan memungkinkan validitas datanya (dan) akurasi datanya integritas datanya, akan lebih baik," tambah dia.

Termasuk juga kecepatan pengiriman data antar instansi juga lebih cepat. Sehingga kerjasama ini, lanjut dia, akan sangat bermanfaat bukan hanya bagi ketiga instansi. Tetapi juga bagi masyarakat secara luas, termasuk dunia usaha. "Mengingat akurasi dan kecepatan data akan sangat membantu," tambah dia.

Terhadap hal ini, Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan, menambahkan, bahwa pertukaran data bukan berupa data final. "Ini bukan pertukaran data final, tapi data work in process," ujar dia.

Data Ekspor Impor Divalidasi

Jaring Wajib Pajak Baru

JAKARTA—Kualitas data ekspor dan impor akan terus diperbaiki agar bisa dilakukan sebagai dasar pengambilan keputusan yang tepat oleh otoritas fiskal dan moneter. Bank Indonesia (BI), Kementrian Keuangan, dan Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin sepakat bertukar data untuk memperbaiki akurasi, validitas, integritas, serta kecepatan basis data ekspor dan impor.Selama ini, data mentah ekspor impor hanya didapat dari Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan, yang kemudian diolah dan diverifikasi data umumnya oleh BPS. Melalui perjanjian ini, Ditjen Pajak Kementrian Keuangan juga dilibatkan.
Menkeu Agus Martowardojo berharap kerjasama pertukaran data ekspor impor bisa makin meningkatkan validitas data pembayar pajak. Dengan kewajiban kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), kata Agus, validitas data menjadi makin tinggi dan bisa digunakan untuk memperbaiki basis data. ”Bukan saja NPWP yang jelas, tapi nilai transaksi ekspor impor menjadi lebih tepat dan akurat dan bisa menjadi dasar pengambilan keputusan,” kata Agus.
Agus mengatakan, dari 22,6 juta badan usaha, hingga kini baru ada 500 ribu yang membayar pajak. ”Itu tentu memprihatinkan,” kata Agus. Dia berharap perbaikan data ekspor impor tersebut bisa merangkum data eksportir dan importir dengan lebih jelas, termasuk nilai yang seharusnya dibayar.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution mengatakan, pertukaran data ekspor impor diharapkan bisa memperbaiki akurasi neraca pembayaran. Darmin mengatakan, saat ini input data ekspor impor belum sepenuhnya online. ”Ini coverage-nya Republik. Kalau sudah sampai pelosok pelabuhan kecil di wilayah-wilayah remote, tahapnya belum online,” katanya.
Dengan perbaikan data, upaya untuk mengusahakan agar devisa hasil ekspor bisa semuanya ditarik ke dalam negeri, bisa lebih mudah diwujudkan. ”Kalau bagaimana devisa hasil ekspor, nanti akan menyusul,” kata Darmin.Kepala BPS Rusman Heriawan mengatakan, pertukaran data dilakukan ketika data masih dalam proses. Ia mengatakan, data eksportir dan importir bersifat self assessment. ”Kalau tidak ada validasi, nanti dokumen itu akhirnya nanti enggak karu-karuan angka ekspor impor kita. Kita bangun portal ini agar bisa saling memanfaatkan,” kata Rusman.Data mentah tetap berasal dari Ditjen Bea dan Cukai. BPS lalu melakukan validasi data. ”Tapi setiap saat Ditjen Bea dan Cukai serta Pajak bisa melihat. Ada self control dari keempat instansi ini,” kata Rusman. (sof)