Kamis, 29 September 2011

Pembatalan Impor Beras Tak Akan Picu Kenaikan Harga Beras

TEMPO Interaktif, Jakarta - Direktur Utama Bulog Sutarto Ali Moeso yakin pembatalan ekspor beras oleh Thailand ke Indonesia tidak bakal menyebabkan lonjakan harga beras. "Karena stok dalam negeri saat ini masih cukup untuk 6 bulan ke depan," katanya, Kamis 29 September 2011.

Apalagi, saat ini sejumlah daerah juga telah memasuki musim panen yang terus akan diserap Bulog. "Kemampuan serapan Bulog per hari mencapai tiga ribu ton, kebutuhan dalam negeri saat ini cukup," tuturnya.

Terkait dengan informasi bahwa Thailand membatalkan perjanjian karena Indonesia dianggap membeli dengan harga yang terlalu rendah, Sutarto membatahnya. Menurutnya sebelum kontrak ditandatangani telah ada negosiasi harga, jumlah, kualitas hingga waktu pengiriman oleh kedua pihak. Sehingga, lanjutnya, pemerintah Indonesia semestinya tidak perlu melakukan negosiasi ulang.

Sutarto menduga pemutusan penghentian itu sebenarnya adalah masalah internal dari pemerintah Perdana Menteri Yingluck. Karena itu ia berharap pemerintah Indonesia bisa melakukan lobi ke pemerintah Thailand untuk membatalkan rencana tersebut.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Gunaryo mengatakan bahwa rencana penghentian impor 300 ribu ton dari Thailand itu tidak akan banyak berdampak pada pasokan dan harga beras dalam negeri.



"Karena secara jumlah juga tidak terlalu besar," katanya.

Selain itu pemerintah juga telah melakukan sejumlah langkah antisipasi jika Thailand tetap membatalkan ekspor berasnya. Sejumlah alternatif impor beras akan diambil dari India dan Pakistan.



"Juga akan ada penambahan pasokan beras dari Vietnam," kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Deddy Shaleh.

Meskipun begitu pemerintah masih berharap Thailand membatalkan langkah pembatalan ekspor beras ke Indonesia tersebut. "Pemerintah Indonesia sudah mulai melakukan lobi ke Thailand, oleh duta besar kita di sana," katanya.

Menurutnya semestinya Thailand tidak melakukan pembatalan secara sepihak. "Secara etis itu tidak boleh dilakukan," ujarnya. Jika Thailand tetap memaksa untuk membatalkan kontrak impor beras tersebut, maka pemerintah Thailand harus bersedian menerima konsekuensi.



"Harus terima konsekuensi sesuai dengan kesepakatan, karena kesepakatan komersial tentu akan ada dampak komersial, seperti ganti rugi, nanti akan kami lihat apakah ada ketentuan denda dalam perjanjian jual-belinya," lanjutnya.

AGUNG SEDAYU

RI Ingin Belajar Buat Produk Murah Ala China

Jakarta - Kalangan pengusaha muda Indonesia ingin mengambil hal positif dari pengusaha muda China dalam perdagangan internasional. Dalam pertemuan ASEAN China Young Entrepreneurs Association dibahas mengenai kemampuan China dalam memproduksi barang-barang super murah.

"Kita ingin dengar dari teman-teman Cina apa yang mereka dapatkan dari pemerintah, insentif apa yg mereka dapatkan, dan kebijakan yang mereka dapatkan dari pemerintah mereka," kata Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Erwin Aksa ketika ditemui di JCC, Rabu (20/4/2011).

Menurut Erwin, pelaku usaha lokal jangan langsung melarang perdagagan dengan China. Hal ini karena pemerintah Indonesia dapat mengambil hal-hal positif dari China untuk juga bersaing dalam pasar internasional.

"Ini yang perlu kita pelajari dan dapatkan. Bagaimana China bisa membuat sesuatu yang murah dan produktif," tuturnya.

Dalam pertemuan ini, lanjut Erwin, Indonesia akan meminta pengusaha muda dari China agar membantu pembangunan di Indonesia melalui investasi. Salah satu yang akan disarankan, kata Erwin, adalah investasi untuk pembangunan infrasturktur seperti jalan, jembatan, airport, dan listrik.

Erwin juga mengatakan, antara pemerintah China dan Indonesia harus mengawasi perdagangan kedua negara agar jangan sampai muncul perdagangan yang tidak sehat atara China dengan Indonesia.

"Mereka (China) juga harus mengawasi produsen mereka agar tidak merusak pasar negara lain," tegasnya.

(hen/hen)

Bahan Baku Botol Plastik RI Lolos dari Jeratan Safeguard Turki

Jakarta - Otoritas perdagangan Turki memberi pengecualian pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) atau safeguard selama 3 tahun terhadap produk bahan baku untuk pembuatan botol plastik atau Polyethylene Terepthalate (PET) asal Indonesia. Hal ini karena pangsa pasar impor produk tersebut di Turki terbukti kurang dari 3%.

"Dengan dikecualikannya Indonesia terhadap pengenaan BMTP oleh Turki, maka kesempatan untuk mengisi dan merebut pasar ekspor produk PET di Turki terbuka kembali bagi eksportir Indonesia," kata Direktur Pengamanan Perdagangan Kementerian (Kemendag) Perdagangan Ernawati dalam keterangan tertulisnya yang dikutip detikFinance, Jumat (30/9/2011)

Keputusan ini berawal ketika pada 23 Juni 2011, Otoritas Safeguard Turki telah mempublikasikan hasil penyelidikan safeguard terhadap produk PET dengan pengenaan BMTP selama 3 tahun.

Besaran pengenaan BMTP tersebut: Tahun ke-1 sebesar 8%, tahun ke-2 sebesar 7,5%, tahun ke-3 sebesar 7%. Penyelidikan safeguard terhadap produk PET ini dimulai pada 11 Maret 2011 dan dilakukan atas permohonan dari industri domestik Turki yaitu Artenius Turkpet Chemicals and Pet Delivery. Comp. San. Inc.

Merespons itu, kemendag berkoordinasi dengan eksportir dan asosiasi produk Polyethylene Telepthalate (PET) untuk penyusunan submisi pemerintah Indonesia yang disampaikan tanggal 23 Maret 2011. Selain itu, disusun pula bahan pembelaan pemerintah yang disampaikan dalam forum public hearing yang diadakan oleh Otoritas Safeguard Turki pada 10 Mei 2011.

Menurut Ernawati, pembelaan pemerintah antara lain bahwa Pemerintah Turki sepertinya berusaha untuk terus melindungi industri dalam negerinya karena penyelidikan ini dimulai tidak lama setelah berakhirnya pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) untuk produk yang sama.

Di samping itu, dalam 5 tahun terakhir pangsa pasar produk impor PET Indonesia kurang dari 3% di Turki. Sehingga berdasarkan aturan WTO harus dikeluarkan dari penyelidikan.

Menurut data Comtrade tahun 2010, pasar ekspor utama produk PET Indonesia adalah Jepang sebesar US$ 112 juta, Amerika Serikat sebesar Us$ 86 juta dan Filipina US$ 39 juta. Sedangkan Turki menempati peringkat ke-8 untuk ekspor tahun 2010, yaitu sebesar 4,3 juta kg atau senilai US$ 5,5 juta.

Produk Polyethylene Terepthalate (PET) biasa dipakai untuk botol plastik transparan seperti botol air mineral, botol minuman, botol jus, botol minyak goreng, botol kecap, botol sambal, botol obat, dan botol kosmetik dan hampir semua botol minuman lainnya. Di bidang industri tekstil, PET digunakan untuk bahan serat sintetis atau lebih dikenal dengan polyester

Minggu, 25 September 2011

LOWONGAN PEKERJAAN