Jumat, 27 Januari 2012

PELINDO III: Revitalisasi APBS sangat mendesak

SURABAYA: PT Pelabuhan Indonesia III mengungkapkan kendala utama dari rendahnya pertumbuhan volume bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Perak pada 2011 yang mencapai kisaran 10% karena alur pelayaran barat Surabaya (APBS) yang belum ideal sehingga perlu
direvitalisasi.

"Pertumbuhan volume handling container di Pelabuhan Tanjung Priok pada 2011 mencapai 20%, masih lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan Pelabuhan Tanjung Perak pada periode sama yang tidak mencapai 10%. Hambatan utama pertumbuhan itu terletak pada alur pelayaran," kata
Direktur Utama PT Pelindo III, Djarwo Surjanto kepada Bisnis hari.

Letak geografi Tanjung Priok, kata Djarwo, memang lebih ideal untuk pelabuhan skala internasional dibandingkan Tanjung Perak.

"Posisi Tanjung Priok yang berhadapan langsung dengan laut Jawa sangat ideal, sehingga tidak ada kendala alur termasuk soal pendangkalan. Beda dengan Tanjung Perak yang sangat tergantung dengan APBS [alur pelayaran barat Surabaya] yang memiliki banyak kendala," tegasnya.

Kendala APBS itu, ungkap Djarwo, berupa seringnya terjadi sedimentasi mengingat APBS merupakan muara sejumlah aliran sungai besar seperti Kalimas, Kali Lamong dan Bengawan Solo.

"Selain sering mengalami sedimentasi atau pendangkalan, APBS juga memiliki lebar alur yang terbatas dengan lebar  pada sisi tertentu  mencapai 100 meter. Untuk kedalaman masih bervariasi, namun kebanyakan berkisar antara 9,5 meter -10,5 meter. Lebar dan kedalaman APBS sangat jauh dari ideal sehingga mesti direvitalisasi," terangnya.

Djarwo menilai revitalisasi APBS sangat mendesak mengingat pihaknya kini tengah merampungkan proyek terminal multi fungsi Teluk Lamong yang ditargetkan awal 2014 bisa beroperasi.

"Terminal multi purpose Lamong Bay yang dibangun dengan nilai investasi Rp2,2 triliun itu telah diset memiliki kedalaman minus 14 meter LWS [low water spring], sehingga sangat butuh dukungan APBS yang memiliki tingkat kedalaman relatif sama sekitar minus 13 meter  LWS. Lebar alur diharapkan menjadi 200 meter," ujarnya.

Tunggu Izin

Djarwo menegaskan pihaknya telah lama menjalin kesepakatan dengan Pemprov Jatim untuk proses pendalaman maupun pelebaran APBS.
"Tahapan  studi lapangan telah tuntas, kini semuanya tinggal menunggu perizinan dari Kementrian Perhubungan. Harapannya revitalisasi ini bisa segera digarap," katanya.

Djarwo menerangkan pihaknya tidak mempersoalkan terkait harus siapa yang mengerjakan proses revitalisasi APBS itu.

"Monggo saja bila nantinya revitalisasi itu dikerjakan pemerintah pusat, namun bila diserahkan ke Pelindo III juga tidak jadi soal. Manajemen Pelindo III sudah punya pengalaman dalam soal itu
[revitalisasi alur] seperti di alur sungai Barito yang bekerjasama dengan Pemprov Kalsel [Kalimantan Selatan]," ungkapnya. (sut)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar