Jumat, 06 Januari 2012

BANDARA UPT: Ketersediaan dana jadi kendala

JAKARTA: Kementerian Perhubungan menargetkan dapat mempercepat pembangunan 24 bandara UPT tahun ini, tetapi terkendala biaya. Dalam setahun pemerintah hanya mampu menganggarkan Rp2,3 triliun, sementara kebutuhan mencapai Rp6,4 triliun per tahun.

“Pembangunan ke-24 bandara unit pelayanan teknis (UPT) tersebut yang mayoritas berada di Timur Indonesia itu sebenarnya sudah berjalan sejak tahun lalu, namun kami targetkan dapat selesai pada tahun ini,” kata Direktur Kebandarudaraan Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Bambang Tjahjono kepada Bisnis, Kamis 5 Januari 2012.

Dia menambahkan dari 24 bandara UPT yang berada di bawah pengelolaan Kementerian Perhubungan yang akan dibangun, direhabilitasi dan dipelihara, baru sembilan bandara yang sudah menunjukkan perkembangan signifikan.

Kesembilan bandara tersebut yakni Bandara Muara Bungo Jambi, Bandara Saumlaki Baru Maluku, Bandara Tual Baru Maluku, Bandara Waisai Raja Ampat Papua Barat, Bandara Enggano Bengkulu, Bandara Sumarorong Tahap II Mamasa, Bandara Waghete Baru Papua, Bandara Kamanap Baru Papua dan Bandara Pekonserai Lampung Barat.

Bandara-bandara baru tersebut, jelas Bambang, memiliki panjang dan lebar landas pacu atau runway 900 meter x 300 meter atau 1.400 meter x 300 meter, sehingga hanya bisa didarati oleh pesawat-pesawat kecil seperti ATR-42, DHC-7, dan Cassa 212, atau pesawat Hercules 130 dan ATR-72. “Kesembilan bandara udara tersebut yang sudah bisa digunakan untuk pesawat-pesawat ukuran kecil,” ujarnya.

Bambang menambahkan hanya sembilan bandara yang dibangun tersebut karena kekurangan dana. Pada tahun lalu, dana yang sudah terpakai kebanyakan terserap untuk pembangunan bandara baru di Medan yakni Bandara Kuala Namu.

Dia menjelaskan untuk membangun atau merehabilitasi satu bandara UPT, diperlukan dana minimal Rp200 miliar. Pihaknya berharap bisa segera menyelesaikan Bandara Kuala Namu sehingga bisa fokus membangun bandara baru yang memang belum komersil.

“Kuala Namu ditargetkan selesai tahun ini, sehingga pemerintah bisa menyelesaikan ke-24 bandara baru paling cepat pada 2014,” ujar Bambang.

Menteri Perhubungan EE. Mangindaan sebelumnya mengatakan untuk Bandara Kuala Namu Medan, merupakan pembangunan baru untuk menggantikan Bandara Polonia yang sudah tidak dapat menampung perkembangan lalu lintas angkutan udara dan lokasinya di tengah kota Medan sehingga membatasi perkembangan kota Medan serta berdampak pada keselamatan operasi penerbangan.

Untuk membangun bandara ini, lanjut Menhub, pihaknya menganggarkan dana Rp3,39 triliun, dan PT Angkasa Pura II Rp1,6 triliun.

Dirjen Perhubungan Udara Herry Bakti S. Gumay mengatakan untuk bandara-bandara UPT, Kemenhub menganggarkan dana Rp2,3 triliun pada tahun ini. Dana itu untuk pengembangan dan pengelolaan.

“Baru tahun ini kami buka peluang swasta untuk mengembangkan bandara-bandara UPT. Saat ini kami.mengkaji bandara di Lampung untuk dibuka bagi investasi swasta, ini masih tahap pengkajian, dan sudah ada yang menyatakan minatnya,” kata Herry.

Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono mengatakan untuk mengembangkan bandara-bandara yang mayoritas sudah over capacity (kelebihan daya tampung), setidaknya diperlukan dana Rp32 triliun dalam 5 tahun ke depan, dengan demikian dalam setahun diperlukan dana Rp6,4 triliun per tahun. (faa)

KONVERSI ENERGI: Konverter angkutan umum gratis

JAKARTA: Pemerintah akan memberikan secara gratis alat konversi bagi kendaraan umum termasuk taksi yang mengalihkan penggunaan bahan bakar minyak menjadi gas, sebagai kebijakan untuk mengurangi penggunaan bensin premium yang selama ini disubsidi negara.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik mengatakan untuk mobil pribadi akan diarahkan untuk memilih tetap menggunakan BBM dengan membeli jenis Pertamax atau mengkonversinya untuk menggunakan gas.

“Kendaraan umum taksi akan pindah ke gas langsung. Konverter diberikan negara, oleh pemerintah. Cuma-cuma,” kata Jero menjawab pertanyaan wartawan di Istana Presiden hari ini.

Jero mengatakan kendaraan pribadi bisa membeli alat konversi (converter kit) yang dijual dengan harga Rp11 juta-Rp15 juta, dan bisa menggunakan gas sebagai bahan bakar yang harganya lebih murah dibandingkan Pertamax, yaitu Rp3.100-Rp4.000 per liter setara premium.

Dia mengatakan pada masa mendatang, semua mobil pribadi baru yang dikeluarkan pabrik mobil selanjutnya sudah melengkapi produk kendaraannya dengan alat konversi.

“Konverter  kita baru punya 300. Menperin sendang mengolah,”  kata Jero. (faa)

Insiden Batavia Air di Sepinggan diinvestigasi

BALIKPAPAN: Otoritas Bandara Wilayah VII Bandar Udara Sepinggan Balikpapan akan melakukan audit terhadap peristiwa ditrabaknya sayap belakang pesawat (left hand horizontal stabilizer) milik maskapai Batavia Air oleh tangga turun penumpang hingga mengakibatkan robek sekitar 10 centimeter.
 
Kepala Kantor Otoritas Bandara Wilayah VII Rustiono Prawiro mengatakan investigasi sementara menyebutkan bahwa ada keteledoran dari kru ground handling sehingga peristiwa tersebut bisa terjadi.
 
“Karena posisi sayap belakang itu cukup jauh dari pintu keluar pesawat sehingga pasti unsur keteledoran itu ada,” ujarnya, Rabu 4 Januari.
 
Peristiwa ditrabaknya sayap pesawat jenis Boeing 737-300 dengan nomor lambung pesawat PK-YVY terjadi di Bandara Juwata Tarakan pada Selasa (4/12) pukul 11.00 Wita.
 
Pesawat dengan nomor penerbangan Y6-251 tujuan Tarakan itu baru saja mendarat dan akan mulai menurunkan penumpang. Akibatnya, pesawat dengan rute Tarakan–Balikpapan harus mengalami penundaan penerbangan.
 
Rustiono menambahkan kru ground handling tersebut merupakan perusahaan pihak ketiga yang dikontrak oleh Batavia Air untuk membantu kegiatan operasional di bandara yakni PT Citra Dunia Angkasa (PT CDA). Dia mengatakan pesawat tersebut sempat harus diinapkan satu malam di bandara karena tidak laik terbang.
 
Pihaknya juga sudah mendapatkan laporan bahwa kerusakan tersebut tidak merusak bagian dalam komponen meskipun terjadi robekan yang cukup besar pada bagian yang ditabrak.
 
Rustino menjelaskan pihak Batavia Air sudah melakukan penggantian komponen sehingga pada pukul 07.00 Wita tadi pesawat tersebut sudah kembali beroperasi.
 
Nantinya hasil audit tersebut akan dijadikan acuan bagi pihaknya dalam memberi tindakan terhadap PT CDA. Namun, Rustiono mengatakan hal yang sudah pasti dilakukan adalah memberikan peringatan pertama pada perusahaan ground handling tersebut.
 
Sementara itu, District Manager Batavia Air Tarakan Handy Dwi Rianto mengatakan akibat kejadian tersebut ada sekitar 40 penumpang pesawat yang harus tertunda keberangkatannya menuju Balikpapan dan Surabaya.
 
“Namun kami sudah menjalankan sesuai dengan regulasi yang berlaku di Indonesia termasuk memberikan kompensasi sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara,” ujarnya.
 
Handy mengatakan beberapa penumpang ada yang diterbangkan menggunakan maskapai penerbangan lain karena tidak menginginkan uang pengganti tiket. Adapula, penumpang yang meminta uang pengganti untuk mencari penerbangan lain. Sementara itu, sekitar 15 penumpang memilih untuk diinapkan dan diterbangkan pada Rabu (4 Januari) yang seluruh akomodasinya ditanggung oleh Batavia.
 
Dia mengakui kejadian ditabraknya ekor pesawat ini merupakan kejadian yang pertama kali terjadi di Indonesia. Untuk itu, pihaknya juga akan mereview kinerja perusahaan pihak ketiga yang bekerja sama dengan Batavia Air.
 
Klaimkan kerugian
 
Handy mengungkapkan kejadian ini bukan merupakan kesalahan pihak maskapai karena yang melakukan kegiatan tersebut adalah rekanan Batavia. Untuk itu, pihaknya berencana akan mengajukan klaim kerugian kepada PT CDA.
 
Dia mengatakan PT CDA sudah menyatakan komitmen untuk melakukan ganti rugi karena kesalahan memang berada pada pihaknya.
 
“Nilai kerugiannya masih kami hitung karena ada banyak komponen. Kemungkinan besar juga termasuk penggantian tiket pesawat ataupun refund kepada penumpang,” tukasnya.
 
Selain harus membayar keterlambatan penumpang di Tarakan, Batavia Air juga harus memberikan kompensasi pada penumpang rute Balikpapan–Tarakan yang berangkat pada hari yang sama.
 
Kendati demikian, Koordinator Sales Batavia Air Balikpapan Niswan Kusdalyadi mengatakan keterlambatan penerbangan tersebut tidak sampai melebih 3 jam karena ada bantuan unit dari Jakarta. (ea)