Selasa, 18 Februari 2014

Tantangan Pemerintah, Ekonomi Jangan Cuma Berpusat di Jawa

Jakarta -Perekonomian Indonesia selama tahun 2013 tercatat tumbuh 5,7%. Akan tetapi pertumbuhan yang dinilai masih tinggi itu tidak dirasakan semua daerah. Ekonomi negara ini masih sangat timpang.

"Ketimpangan ekonomi di daerah itu masih terjadi. Masih ada terus daerah yang tertinggal. Meskipun total pertumbuhannya tinggi. Ini menjadi masalah dan tantangan ke depan," ungkap Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Dodi Zulverdi di kantor pusat BI, Jakarta, Selasa (18/2/2014)

Dodi mengatakan, ekonomi terbesar masih terjadi di pulau Jawa. Ini karena kondisi stabilitas makro yang lebih baik. Di samping itu, ada keunggulan dari institusi pemerintah dan tenaga kerja.

"Memang dilihat dari kondisi sumber daya manusia (SDM) itu memang Jawa lebih tinggi. Industrinya juga banyak di sini. Jadi wajar jika Jawa lebih tinggi," ujarnya.

Selain itu, kondisi di luar Jawa menurut Dodi masih sangat tertinggal infrastrukturnya. Sehingga akses untuk mendorong aktivitas ekonomi itu masih terbatas. Ini terlihat dari rendahnya daya saing produk.

"Daerah Sulawesi, Maluku, Papua, sebagian Sumatera, dan sebagian Kalimantan itu juga terkendala kestabilan ekonomi dan infrastruktur," kata Dodi.

Untuk pemerataan ekonomi, Dodi menilai perlu dilakukan beberapa hal. Terutama adalah membangun industri bernilai tambah sesuai dengan sumber daya andalannya. Seperti Papua yang mengandalkan tembaga.

Menurut Dodi, tidak mungkin bila Papua dibangun banyak industri tekstil. Karena tidak berkaitan dengan sumber dayanya. Harusnya yang dikembangkan adalah pabrik pengolahan tembaga. Ini sudah dimulai dengan penerapan aturan Minerba oleh pemerintah.

"Agar tidak ada ekonomi yang timpang. Maka strategi pertumbuhannya itu harus diubah dengan pengembangan industri sesuai keunggulan daerah. Itu dimulai sekarang. Jadi ekonomi daerah itu tumbuh dengan stabil," jelasnya.

"Tidak seperti sebelumnya yang kalau lihat Papua, itu kalau bahan mentah ekspor masih menjadi andalan. Kadang ekspor tinggi maka ekonominya langsung melejit. Tapi kalau lagi turun itu langsung anjlok. Itu kan tidak stabil dan ekonominya tetap rendah," terang Dodi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar