BISNIS.COM, JAKARTA--Kegiatan pelabuhan terancam lumpuh menyusul
adanya ancaman perusahaan bongkar muat (PBM) anggota asosiasi perusahaan
bongkar muat Indonesia (APBMI) melakukan setop operasi secara
nasional pada seluruh pelabuhan umum di Indonesia pada 3 Juni 2013
dengan alasan menolak monopoli PT Pelindo pada kegiatan jasa
kepelabuhanan saat ini.
Hal itu dituangkan dalam fakta integritas
yang ditandatangani 36 DPW dan DPC Pengurus APBMI di seluruh
Indonesia bertepatan dengan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) APBMI
2013, di Jakarta hari ini (14/5).
Rakernas tersebut di buka
Dirjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Bobby R.Mamahit dan juga
dihadiri perwakilan dari Kadin Indonesia, Asosiasi Logistik dan
Forwarder Indonesia (ALFI), DPP Indonesia National Shipowners
Association (INSA ), PT Pelindo II dan Organda Angkutan Pelabuhan
Tanjung Priok.
Dirjen Kemenhub Bobby R.Mamahit, mengatakan,
pihaknya akan berupaya memediasi semua persoalan yang dialami oleh PBM
anggota APBMI dan PT Pelindo I-IV, dan diharapkan sebelum 3 Juni 2013
sudah dicapai sistem kemitraan yang lebih baik antara Pelindo selaku BUP
dengan PBM di pelabuhan.
“Kami optimistis komunikasi masih bisa
dilakukan sehingga aksi setop operasi oleh PBM secara nasional itu tidak
perlu terjadi. Saya akan turun langsung soal ini, sebab dampaknya akan
sangat merugikan perekonomian nasional jika mogok itu (PBM) benar-benar
terjadi,” ujarnya usai membuka Rakernas tersebut.
Bobby
mengatakan, sesuai amanat UU No:17/2008 tentang Pelayaran, pada pasal 32
di sebutkan kegiatan bongkar muat bisa efisien jika dilaksanakan oleh
PBM yang didirikan khusus untuk itu.
Sebab, kata dia, produktivitas bongkar muat di suatu pelabuhan sangat menentukan efisiensi atau tidaknya aktivitas logistik.
Dia
menambahkan, UU 17/2008 tentang Pelayaran telah secara tegas menjamin
keberadaan PBM di pelabuhan, dan jika Badan Usaha Pelabuhan
(BUP)/Pelindo ingin melakukan pekerjaan tersebut tetap harus memiliki
izin khsusu untuk itu.
“Namun semestinya peran swasta dalam
kegiatan jasa kepelabuhanan tetap bisa berjalan meskipun BUP Pelindo
bisa melakukan bongkar muat. Semangatnya jangan ada monopoli agar
tercipta kompetisi dan transparansi pelayanan di pelabuhan,”tandasnya.
Kemenhub,
kata dia, juga sudah mengintruksikan kepada seluruh Kepala Otoritas
Pelabuhan maupun Kepala Syahbandar di seluruh pelabuhan umum yang
dikelola Pelindo I-IV untuk mengawasi pemberlakuan tarif jasa
kepelabuhanan di pelabuhan-pelabuhan itu.
“Saya instruksikan juga
agar aparat Kemenhub di pelabuhan bersikap netral terkait hubungan
kemitraan antara BUP dan PBM. Saya kumpulkan hari ini juga semua OP dan
KSOP di seluruh Indonesia untuk membahas penyelesaian persoalan ini,”
paparnya.
Ketua Umum DPP APBMI Bambang Ketut Rachwadi,
mengatakan Pemerintah mesti menghentikan aksi brutal BUMN Pelindo saat
ini yang semakin arogan memonopoli kegiatan jasa kepelabuhanan.
“Banyak anggota kami yang sudah gulung tikar karena market bongkar muatnya di rebut oleh Pelindo,” ujarnya.
Dia
mengatakan, PBM anggota APBMI di seluruh Indonesia sudah bertekad
tetap melakukan aksi setop operasi pada 3 Juni 2013 dengan tuntutan
menolak monopolistik Pelindo I-IV pada kegiatan jasa kepelabuhanan di
tanah air.
“Kami (PBM) sudah lelah berteriak-teriak tetapi
Pelindo seolah tidak mau merespon keluhan kami. Untuk itu kami berharap
pemerintah turun tangan,” tuturnya.
Bambang mengungkapkan, setop
operasi yang akan dilakukan pada 3 Juni 2013 itu yakni, PBM anggota
APBMI tidak akan melayani kegiatan bongkar muat di seluruh pelabuhan
Indonesia, dengan batas waktu yang tidak ditentukan.
Menanggapi
ancaman setop operasi PBM anggota APBMI itu, Dirut Pelindo II/IPC, RJ
Lino mengatakan Pelindo II tetap menjamin kegiatan bongkar muat di
cabang-cabang pelabuhan yang di kelola BUMN itu tetap akan berjalan
seperti biasa.
“Saya tidak mau menanggapi mogok mereka (PBM),
yang jelas Pelindo siap mengerjakannya dan saya optimistis bongkar muat
tetap berjalan normal,” ujarnya.
Lino menegaskan, Pelindo telah
diamanatkan dalam UU No:17/2008 agar berperan sebagai operator, atau
dengan kata lain bisa juga mengerjakan kegiatan bongkar muat di
pelabuhan yang diusahakannya sendiri.
“Kalau Pelindo yang mengerjakan itu (bongkar muat) saya jamin biaya logistik akan bisa lebih murah dari saat ini,” katanya.
Wakil
Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Logistik, Carmelita Hartoto justru
mengingatkan bahwa saat ini banyak perusahaan PBM yang sudah gulung
tikar. “Kadin menerima laporan ini, dan jumlah PBM di pelabuhan terus
berkurang,” ujarnya.
Carmelita yang juga Ketua Umum DPP INSA itu
juga meninyalir ada grand design dari BUMN Jasa Kepelabuhanan untuk
menguasai bisnis di pelabuhan.
“Padahal seharusnya BUMN itu harus menjadi mitra usaha, fasilitator swasta untuk melindungi asset Negara,” ujarnya.
Dia
juga menyesalkan adanya upaya-upaya pihak tertentu di Indonesia yang
membelokkan agenda sistem logistik nasional (Sislognas) dengan konsep
lain yang padat dengan kepentingan asing.
“Padahal Sislognas itu
kan di susun bersama yang melibatkan para peneliti dan akademisi, tetapi
kini implementasinya justru terhambat,” ujar dia.(yop)