JAKARTA: Fasilitas dermaga dan lapangan penumpukan pada terminal 2 -
Jakarta International Container Terminal (JICT) di Pelabuhan Tanjung
Priok hingga kini masih menganggr dan tidak berfungsi.
Bahkan pantauan Bisnis pagi hari ini (3/9) tidak ada kegiatan bongkar
muat apapun di fasilitas terminal peti kemas yang sahamnya di miliki/ di
operasikan oleh Hutchison Port Indonesia (HPI) dan PT Pelindo II, di
pelabuhan tersebut.
Padahal kalangan pelaku usaha di Pelabuhan Tanjung Priok telah mendesak
agar pemilik terminal 2 JICT segera memfungsikan kembali fasilitas dan
peralatan di terminal itu untuk kegiatan bongkar muat dan sandar kapal,
sesuai dengan kondisi kedalaman kolam dermaga di terminal 2 JICT saat
ini.
“Ketimbang idle (menganggur) sebaiknya di manfaatkan dengan melihat
kondisi yang ada pada fasilitas itu (terminal 2) saat ini,” ujar
Gemilang Tarigan Ketua Organda Angkutan Khusus Pelabuhan (Angsuspel)
Tanjung Priok, kepada Bisnis hari ini, Senin (3/9).
Dia menyatakan, Pelabuhan Tanjung Priok memerlkan banyak fasilitas
dermaga dan lapangan untuk kegiatan pelayanan ekspor impor maupun antar
pulau. Disamping itu, juga di butuhkan areal untuk buffer peti kemas
ekspor impor serta lapangan parkir armada pengangkut barang dan peti
kemas.
”Sangat di sayangkan disatu sisi Pelabuhan Tanjung Priok sangat
kekurangan fasilitas lapangan penumpukan dan dermaga, tetapi disisi lain
terdapat fasilitas yang sudah ada mengganggur karena tidak
dimanfaatkan,” paparnya.
Kondisi eksisting fasilitas terminal 2-JICT di Pelabuhan Tanjung Priok,
saat ini memiliki kedalam kolam dermaga -7 s/d -8 Low Water Spring
(LWs).
Terminal itu juga sudah dilengkapi peralatan bongkar muat al; 12 unit
Rubber Tired Gantry Cranes (RTGc) dan empat unit Container Cranes (CC),
serta terkoneksi dengan sistem pelayanan peti kemas berbasis tehnologi
terkini/Next-Generation (N-Gen) yang sudah di implementasikan oleh
pelabuhan-pelabuhan yang di kelola Hutchison Port Holding.
Gemilang mengatakan, pemilik terminal 2-JICT mesti berani mengambil
langkah cepat dan tegas supaya fasilitas di terminal itu dapat berfungsi
dan di manfaatkan kembali.
“Jangan dibiarkan berlarut-larut, sebab terminal itu bisa di manfaatkan
sebelum terminal Kalibaru Pelabuhan Tanjung Priok di siapkan,” ujarnya.
Sekjen BPP Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (Ginsi) Achmad
Ridwan Tento, mengatakan akibat melemahnya aktivitas perdagangan ekspor,
saat ini volume kargo yang di bongkar muat melalui Pelabuhan Priok di
dominasi oleh impor serta peti kemas antar pulau (domestik).
“Operator Pelabuhan juga mesti memerhatikan kesiapan fasilitas
pelayanan peti kemas untuk domestik tersebut yang kini terus tumbuh,”
ujarnya di hubungi Bisnis per telpon (3/9).
Sebelumnya, Kepala Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok Sahat Simatupang
telah melayangkan surat kepada Manajemen Pelindo II dan JICT dengan
nomor: UM.002/8/9/OP.TPK.2012 tanggal 15 Mei 2012 perihal optimalisasi
terminal 2-JICT tersebut.
Data Humas IPC/Pelindo II Tanjung Priok yang diperoleh Bisnis
menyebutkan, selama periode Januari-Agustus 2012, arus peti kemas ekspor
impor melalui Pelabuhan Tanjung Priok (termasuk yang berasal dari JICT
dan TPK Koja) mencapai 2.586.027 TEUs atau setara 1.752.912 bok.
Adapun peti kemas antar pulau (domestik)-nya selama periode itu mencapai 1.236.533 TEUs atau 1.210.650 bok.(K1/api)