Jumat, 25 November 2011

Penerbit buku tuntut insentif impor & harga kertas

JAKARTA: Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) mendesak pemerintah memberikan insentif berupa kemudahan impor buku dan harga kertas khusus untuk membangkitkan industri penerbitan Indonesia.
 
Ketua Umum Ikapi Lucya Andam Dewi mengatakan industri penerbitan Indonesia mengalami stagnasi atau jalan di tempat dalam 3 tahun terakhir.  Penjualan buku tidak berkembang meskipun jumlah penerbit terus tumbuh.
 
"Jumlah penerbit tambah, tapi buku yang dijual tidak bertambah. Harusnya kan sebanding, ini tidak. Omzet penjualan buku masih bertahan sekitar Rp4 triliun per tahun," katanya seusai pembukaan Indonesia Book Fair oleh Wapres Boediono hari ini.
 
Lucya mengatakan harga kertas yang terus naik juga manjadi kendala utama bagi penerbit. Jumlah buku yang dicetak per judul masih rendah, sekitar 2.000-3.000 eksemplar dan masih di bawah skala ekonomi. Namun, jika mencetak buku dalam jumlah banyak juga menjadi masalah karena akan sulit terserap pasar akibat minat baca rendah.
 
"Kalau minat baca tumbuh, per judul buku bisa dicetak lebih banyak," katanya.
 
Kekurangan penulis
 
Lucya memaparkan permasalahan lainnya adalah Indonesia masih kekurangan penulis-penulis andal berkualitas. Dari 30.000 judul buku baru per tahun, hampir separuhnya merupakan buku terjemahan dan buku impor.
 
Indonesia juga masih menerapkan pajak tinggi untuk buku impor. Penerbit masih kesulitan mendatangkan buku-buku asing berkualitas dengan harga terjangkau karena terhambat dengan pajak yang tinggi.
 
"Kami para penerbit perbukuan merindukan uluran tangan pemerintah di bidang perbukuan untuk mengatasi masalah-masalah itu," katanya.
 
Dia mengatakan saat ini sebenarnya merupakan momentum yang tepat untuk membangkitkan industri penerbitan dan perbukuan. Sejumlah penerbit dari luar negeri, terutama China dan Eropa membidik pasar Indonesia. Mereka mengharapkan Indonesia menjadi jembatan juga bagi pasar Asean.
 
Menurut Lucya, keberadaan buku impor berkualitas sangat diperlukan untuk bisa mendongkrak kualitas buku dalam negeri dan juga memacu  para penulis lokal lebih handal.
 
"Indonesia sering dilirik luar negeri untuk memajukan buku internasional. Bulan lalu kami dapat kunjungan Badan Penerbit China. Mereka mengharapkan Indonesia jadi jembatan untuk membuka pasar buku di Asean," katanya.
 
Wapres Boediono berjanji akan membantu menyelesaikan sejumlah masalah tersebut. Boediono segera melakukan diskusi  dengan Ikapi dan instansi terkait untuk memberikan insentif kepada industri penerbitan itu.
 
"Dari sisi kemudahan bagi usaha perbukuan tentunya nanti kita lihat mana yang bisa dan tidak, karena ini menyangkut instansi lain juga. Perlu dialog yang substansif. Pemerintah sekuat tenaga akan bantu.  Ini bukan janji kosong. Kita realistis dan ini niat kita bersama," katanya. (sut)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar