JAKARTA: Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) mendesak pemerintah
memberikan insentif berupa kemudahan impor buku dan harga kertas khusus
untuk membangkitkan industri penerbitan Indonesia.
Ketua Umum Ikapi Lucya Andam Dewi mengatakan industri penerbitan
Indonesia mengalami stagnasi atau jalan di tempat dalam 3 tahun
terakhir. Penjualan buku tidak berkembang meskipun jumlah penerbit
terus tumbuh.
"Jumlah penerbit tambah, tapi buku yang dijual tidak bertambah.
Harusnya kan sebanding, ini tidak. Omzet penjualan buku masih bertahan
sekitar Rp4 triliun per tahun," katanya seusai pembukaan Indonesia Book Fair oleh Wapres Boediono hari ini.
Lucya mengatakan harga kertas yang terus naik juga manjadi kendala
utama bagi penerbit. Jumlah buku yang dicetak per judul masih rendah,
sekitar 2.000-3.000 eksemplar dan masih di bawah skala ekonomi. Namun,
jika mencetak buku dalam jumlah banyak juga menjadi masalah karena akan
sulit terserap pasar akibat minat baca rendah.
"Kalau minat baca tumbuh, per judul buku bisa dicetak lebih banyak," katanya.
Kekurangan penulis
Lucya memaparkan permasalahan lainnya adalah Indonesia masih kekurangan
penulis-penulis andal berkualitas. Dari 30.000 judul buku baru per
tahun, hampir separuhnya merupakan buku terjemahan dan buku impor.
Indonesia juga masih menerapkan pajak tinggi untuk buku impor. Penerbit
masih kesulitan mendatangkan buku-buku asing berkualitas dengan harga
terjangkau karena terhambat dengan pajak yang tinggi.
"Kami para penerbit perbukuan merindukan uluran tangan pemerintah di
bidang perbukuan untuk mengatasi masalah-masalah itu," katanya.
Dia mengatakan saat ini sebenarnya merupakan momentum yang tepat untuk
membangkitkan industri penerbitan dan perbukuan. Sejumlah penerbit dari
luar negeri, terutama China dan Eropa membidik pasar Indonesia. Mereka
mengharapkan Indonesia menjadi jembatan juga bagi pasar Asean.
Menurut Lucya, keberadaan buku impor berkualitas sangat diperlukan
untuk bisa mendongkrak kualitas buku dalam negeri dan juga memacu para
penulis lokal lebih handal.
"Indonesia sering dilirik luar negeri untuk memajukan buku
internasional. Bulan lalu kami dapat kunjungan Badan Penerbit China.
Mereka mengharapkan Indonesia jadi jembatan untuk membuka pasar buku di
Asean," katanya.
Wapres Boediono berjanji akan membantu menyelesaikan sejumlah masalah
tersebut. Boediono segera melakukan diskusi dengan Ikapi dan instansi
terkait untuk memberikan insentif kepada industri penerbitan itu.
"Dari sisi kemudahan bagi usaha perbukuan tentunya nanti kita lihat
mana yang bisa dan tidak, karena ini menyangkut instansi lain juga.
Perlu dialog yang substansif. Pemerintah sekuat tenaga akan bantu. Ini
bukan janji kosong. Kita realistis dan ini niat kita bersama," katanya.
(sut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar