Jumat, 10 Agustus 2012

PELABUHAN T.PRIOK: Pengangkutan Peti Kemas Kosong Capai 261.390 TEUs

JAKARTA: Aktivitas pengangkutan peti kemas kosong (repo container empty) dalam proses pengapalan ekspor selama kurun waktu Januari-Juli 2012 di Pelabuhan Tanjung Priok sebanyak 261.390 twenty foot equivalent units (TEUs).
 
“Realisasi itu setara dengan 23% dari total ekspor selama periode tersebut yang mencapai 1.136.479 TEUs,” kata Sofyan Gumelar, kepala humas Pelindo II cabang Tanjung Priok, hari ini.
 
Dia mengemukakan selama periode itu total volume peti kemas ekspor berisi komoditi (full) mencapai 875.089 TEUs. “Perdagangan ekspor lewat Pelabuhan Tanjung Priok memang terjadi pelemahan dibandingkan impor-nya sepanjang tahun ini.”
 
Adapun total total volume pengapalan impor melalui Pelabuhan Tanjung Priok selama periode itu mencapai1.264.406 TEUs, dengan rincian bongkar peti kemas isi (full) 1.232.562 TEUs dan peti kemas kosong 31.844 TEUs.
 
Head of Logistics Division DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (Alfi) M.Nuh Nasution, mengatakan pelemahan kegiatan ekspor nasional sudah dirasakan sejak memasuki awal 2012, yang disebabkan oleh banyak faktor a.l. tingginya biaya produksi dalam negeri, membengkaknya biaya logistic maupun distribusi ke pelabuhan.
 
Untuk mendongkrak penguatan ekspor, paparnya, diperlukan terobosan dari semua pihak termasuk operator pelabuhan dengan menekan biaya bongkar muat dan memberikan insentif khusus pengapalan kargo ekspor melalui Tanjung Priok.
 
“Apalagi 65% kegiatan pengapalan ekspor dan impor selama ini masih  bergantung dan dilakukan melalui Tanjung Priok,” tuturnya. (k1/yus)

Kamis, 09 Agustus 2012

KINERJA TPK KOJA: Membaik, Kini Layani 60 Pergerakan Peti Kemas Per Jam

JAKARTA: Kinerja Terminal Peti Kemas (TPK) Koja di Pelabuhan Tanjung Priok membaik, dari sebelumnya hanya bisa menangani 50 pergerakan peti kemas per jam dari atas kapal ke lapangan penumpukan dan sebaliknya, kini sudah mencapai 60 pergerakan per jam.

Ketua Umum Serikat Pekerja TPK Koja, Prakoso Wibowo mengungkapkan berbagai peningkatan kinerja tersebut tidak terlepas dari dedikasi dan komitmen seluruh pekerja dan manajemen terminal petikemas yang hingga kini berstatus Kerja Sama Operasi (KSO) antara HPI dan Pelindo II tersebut.

“Seluruh pekerja TPK Koja memiliki komitmen yang sama memberikan pelayanan yang terbaik bagi para pelanggan serta meningkatkan pendapatan perusahaan,” katanya, Kamis (9/8/2012).

Karena itu, Prakoso berharap pemilik perusahaan tanggap dengan keinginan pekerja untuk meningkatkan status perusahaan dari sekarang yang hanya berstatus kerja sama operasi (KSO).

“Pekerja tetap menginginkan perubahan status perusahaan yang berbadan hukum perseroan terbatas (PT) demi menjamin kepastian masa depan,” paparnya.

Dia mengatakan pada awalnya TPK Koja adalah terminal petikemas yang dibangun dan dikelola oleh Pelindo II dan PT Humpuss Terminal Petikemas (HTP).

Namun, pada 1999 saham HTP dikuasai Hutchison Port Indonesia (HPI). Hingga kemudian terjalin kerjasama antara Pelindo II dan HPI dengan sistem KSO sampai sekarang.

"Kenapa sih, kok merubah badan hukum menjadi perseroan saja untuk KSO TPK Koja, mesti memakan waktu panjang jika ada kemauan yang kuat dari keduua pemegang saham," tuturnya.

Prakoso mengatakan bahwa TPK Koja menunjukkan kinerja yang baik sepanjang tahun 2012.

Bahkan, imbuh dia, data yang dirilis Hutchison Ports Indonesia (HPI) dan Pelindo II menunjukkan setiap hari TPK Koja mampu menangani 1.400 box kontainer.

Selama semester pertama tahun 2012 ini saja, TPK Koja sudah menangani 408.865 TEUs atau naik 3%  dari pencapaian periode yang sama tahun lalu sebesar 394.264 TEUs.
Begitu juga dengan pencapaian rata-rata gross cane rate (GCR) sebesar 27 pemindahan peti kemas perjam dengan vessel operating rate (VOR) 60 pemindahan peti kemas per jam.

Tingkat produktivitas terminal ini meningkat signifikan dibandingkan dengan 2011. Pada tahun sebelumnya GCR adalah 22 pemindahan peti kemas per jam dan VOR 50 pemindahan peti kemas per jam.(bas)

PEMBAJAKAN KAPAL: Pelaut RI ditawan Perompak Nigeria

JAKARTA: Pelaut Indonesia bersama tiga pelaut dari Malaysia, Thailand dan Iran, sejak Sabtu (4/8/2012) lalu disandera oleh perompak bersenjata Nigeria. 
 
"Mereka diculik dari kapal tongkang BG Jascon 33, pada Sabtu dinihari waktu setempat 4 Agustus 2012], saat kapal berbendara St. Vincent itu ada sekitar 35 mil dari pantai Nigeria," ujar Presiden Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI) Hanafi Rustandi hari ini, Kamis (9/8/2012). 
 
Kapal milik perusahaan di Belanda itu mengangkut kru yang akan bekerja di pengeboran minyak lepas pantai, ketika tiba-tiba satu kelompok bersenjata api menyerang dan membajak kapal.
 
Petugas Angkatan Laut Nigeria yang mengawal kapal mencoba melakukan perlawanan, tapi dua anggota AL itu akhirnya tewas ditembak perompak. 
 
Hanafi menjelaskan sampai dengan saat ini, nasib dan keberadaan keempat pelaut yang diculik itu belum jelas.
 
Kementerian Luar Negeri sudah memerintahkan Kedubes Indonesia di Nigeria untuk memantau peristiwa yang menimpa pelaut Indonesia. 
 
"Selain berkoordinasi dengan Kemlu, kami juga menanyakan ke Kedubes Nigeria di Jakarta tentang langkah-langkah yang diambil dan kondisi terakhir, tapi belum ada jawaban," ungkapnya.
 
Dia menduga penyanderaan pelaut oleh kelompok bersenjata itu untuk meminta tebusan, jadi secepatnya pemerintah harus mengambil tindakan, yakni di antaranya berkoordinasi dengan Pemerintah Nigeria dan Perusahaan Belanda selaku pemilik kapal, serta negara bendera kapal (St Vincent).
 
Menurut Hanafi, pelaut Indonesia yang disandera itu bernama Glenny Ferdinand Rugebregt, asal Maluku, yang baru beberapa bulan bekerja di kapal tersebut.
 
Namun Glenny berangkat ke luar negeri tanpa melalui prosedur yang ditetapkan, karena PT AAPL Indonesia Crew sebagai agen pengawakan kapal itu merasa tidak memberangkatkan Glen, dan akhirnya diketahui berangkat secara mandiri.(sut)

TARIF BONGKAR MUAT: Penyesuaian Tarif Priok Terancam Batal

JAKARTA: Rencana penyesuaian tarif bongkar muat barang dan peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok terancam batal, karena belum mencapai titik temu antara penyedia dan pengguna jasa di pelabuhan itu meski sudah dibahas lebih dari 4 bulan.

Menurut informasi yang dikumpulkan Bisnis, draf awal yang diajukan operator  bongkar muat melalui wadah Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat  Indonesia (APBMI) di Pelabuhan tersebut masih ditolak sejumlah asosiasi pengguna jasa Pelabuhan Tanjung Priok.

Bahkan, ada desakan agar draf tarif bongkar muat juga mengakomodir soal mekanisme kegiatan jasa tally yang selama ini sudah dilaksanakan oleh perusahaan tally mandiri di Pelabuhan tersebut.

Akibatnya, draf tarif tidak kunjung ditandatangani asosiasi pengguna dan penyedia jasa di pelabuhan tersibuk di Indonesia itu.

Widijanto, selaku Ketua Tim tarif bongkar muat Pelabuhan Tanjung Priok yang dibentuk Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) DKI Jakarta, mengatakan setelah dilakukan pengkajian dan beberapa kali pembahasan dengan asosiasi pengguna jasa, ternyata usulan kenaikan tarif bongkar muat dianggap tidak relevan dengan kondisi saat ini.

“Semestinya jika kinerja bongkar muat naik dan lebih cepat, seharusnya tarif bisa lebih murah bukan malah menaikkan,” ujarnya kepada Bisnis, pagi hari ini, Kamis (9/8/2012).

Dia juga menyatakan ALFI DKI sudah membahas persoalan tarif tersebut dengan Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) pada awal pekan ini.


“Pemilik barang juga berharap tidak ada kenaikan tarif  bongkar muat untuk mendorong efisiensi dan daya saing logistik melalui pelabuhan  Priok,” tuturnya.

Widijanto mengatakan justru pihaknya meminta agar dalam draf usulan kenaikan tarif bongkar muat tersebut mengubah satuan penghitung tarif penumpukan dan bongkar muat kargo jenis kendaraan yang sebelumnya berdasarkan satuan ton/M3 dijadikan berdasarkan unit.

Pelaksana Harian yang juga Wakil Ketua APBMI DKI Jakarta Sodik Hardjono dikonfirmasi Bisnis mengakui rencana penyesuaian tarif bongkar muat di pelabuhan Priok itu belum mencapai titik temu dengan asosiasi terkait lainnya di Pelabuhan. “Belum selesai, masih dibahas terus,” ujarnya.

Selanjutnya, APBMI DKI Jakarta sebelumnya telah mengajukan usulan rencana kenaikan tarif bongkar muat untuk peti kemas berkisar 15%.
Untuk general cargo atau barang kelompok satu diusulkan naik 27%, kelompok dua  mencapai 11,38%,dan kelompok tiga sebesar 3,95%.

Adapun, barang kategori kelompok satu itu a.l. ikan beku, kaca, curah cair, pulp, tiang pancang dan steel. Kelompok dua a.l. bag cargo, curah kering, dan jumbo bag. Adapun, barang kategori kelompok tiga a.l. coil, steel bar, billet in bundle, wire rod dan rail way steel.

Selasa, 07 Agustus 2012

BEA KELUAR tekan kinerja ekspor

JAKARTA: Penerapan bea keluar bahan mentah berpengaruh terhadap penurunan ekspor komoditas tersebut.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan setiap kenaikan bea keluar berbanding terbalik dengan volume ekspor komoditas primer atau mentah. Demikian pula sebaliknya.

Dengan mengamati tren sepanjang 2011 hingga medio 2012, ditemukan fakta bahwa setiap kenaikan bea keluar minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) 1% menyebabkan volume ekspor turun 61.800 ton.

Sebaliknya, penurunan bea keluar CPO 1% menyebabkan kenaikan ekspor 126.400 ton.

Demikian pula dengan setiap kenaikan be keluar kakao 1% yang menyebabkan volume ekspor turun 3.500 ton, sedangkan penurunan BK kakao 1% diikuti kenaikan ekspor 2.000 ton.

Hal yang sama terjadi pada bea keluar produk mineral logam sebesar 20% sejak Mei 2012 yang diikuti dengan penurunan volume ekspor 4,4 juta ton.

Dengan demikian, setiap pengenaan BK 1% menyebabkan volume ekspor turun 220.000 ton.

Struktur ekspor Indonesia masih didominasi komoditas primer dan produk primary industry yang mencapai 65,2%.

Adapun impor didominasi produk secondary industry dan produk advance industry sebesar 62,9%.

Komoditas primer yang berkontribusi besar terhadap nilai ekspor, antara lain bahan bakar mineral 35,4%, lemak dan minyak hewan/nabati 10,8%.

Selanjutnya karet 4,5%, bijih kerak dan abu logam 3%, ikan dan logam 1,4%, dan tembaga 1,3%.  (ra)

EKSPOR NONMIGAS: Arab Saudi & Pakistan kini tujuan utama

JAKARTA: Arab Saudi dan Pakistan sejak tahun ini menjadi tujuan ekspor nonmigas terbesar.

Nilai ekspor nonmigas ke Arab Saudi tercatat paling tinggi sejak Januari-Juni 2012 yakni sebesar US$947,5 diikuti tujuan Pakistan mencapai US$757,48.

"Jadi sejak awal tahun 2012 kedua negara sudah menjadi tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia," kata Menteri Perdagangan Gita Wirjawan.

Sejumlah komoditas ekspor utama Indonesia ke kedua negara tersebut antara lain produk otomotif kendaraan roda empat serta kelapa sawit, batu bara dan kacang areca.

Pada periode yang sama 2011, nilai ekspor ke Arab Saudi dan Pakistan berturut-turut sebesar 659,79 juta dolar AS dan 428,98 juta dolar AS.

Sementara itu, sejumlah negara yang menjadi tujuan ekspor dengan nilai dibawah Arab Saudi dan Pakistan adalah Kenya, Finlandia dan Djibouti.

Menurut Gita, nilai ekspor non-migas Indonesia pada semester I-2012 berjumlah 76,826 juta dolar AS atau turun 2,79 persen secara tahun ke tahun.

Komoditas utama yang menyumbang angka terbesar adalah bahan bakar mineral dengan nilai 13,955 juta dolar AS.

Selain itu komoditas lemak dan minyak hewan atau lemak nabati menempati posisi kedua dengan nilai 10,245 juta dolar AS.

"Untuk ekspor Indonesia pada bulan Juni 2012 tercatat mencapai 15,4 miliar dolar AS, turun dari bulan sebelumnya 8,7 persen," kata Gita. (antara/ra)

IMPOR GULA: Indonesia impor 260.000 ton gula mentah

JAKARTA: Pemerintah akan memberikan izin impor gula mentah sekitar 260.000 ton kepada pabrik gula berbahan tebu.

Dengan begitu, stok gula pada akhir tahun ini 1,1 juta ton dan dapat memenuhi kebutuhan Januari-Juli 2013.

Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian Gamal Nasir mengatakan dalam rapat koordinasi terbatas bidang pangan belum lama ini, pemerintah merekomendasikan impor raw sugar 260.000 ton kepada PTPN, PT Rajawali Nusantara Indonesia, dan pabrik gula milik swasta.

“Rencana impor raw sugar ini untuk pengamanan stok gula tahun depan. Saat berada di luar musim giling tebu yaitu Januari-Juli 2013. Stok ideal gula kristal putih pada akhir tahun 1,1 juta ton. Dengan adanya izin impor 260.000 ton itu, stok gula pada akhir tahun ini 1,1 juta ton,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (6/8/2012).

Gamal menegaskan produksi gula di dalam negeri pada tahun ini sudah dapat mencukupi kebutuhan konsumsi langsung masyarakat. Namun, impor raw sugar itu, katanya, hanya untuk mengamankan kebutuhan gula pada tahun depan.

Perkembangan Produksi Gula
Tahun
Areal (ha)
Produksi tebu (juta on)
Rendemen (%)
Produksi gula (juta ton)
2008              
436.504                
    32,96                        
8,2                 
2,70
2009
422.935
32,17
7,8
2,62
2010
418.259
34,22
6,5
2,21
2011
450.297
30,32
7,4
2,23
2012
451.998
33,73
7,9
2,66
Sumber: Kementan, 2012
Ket: *taksasi

Di Indonesia, gula dibagi menjadi dua yaitu gula krital putih dan gula kristal rafinasi. Gula kristal putih gula yang diproduksi oleh pabrik gula milik PTPN dan swasta yang berbahan baku tebu. Adapun  gula kristal rafinasi, gula yang berbahan baku raw sugar untuk kebutuhan industri.

“Kalau gula untuk konsumsi langsung masyarakat, kita sudah swasembada. Rencana impor raw sugar ini hanya untuk stok saja agar kebutuhan gula pada tahun depan sudah dipastikan cukup,” jelasnya.

Pemerintah juga memberikan izin impor raw sugar pada awal tahun ini 240.000 ton kepada PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI). Namun, realisasi impor sampai dengan akhir April lalu hanya 180.000 ton atau 75%.

Menurutnya, rencana impor raw sugar itu akan diberikan pada saat ini ketika pabrik gula masih menggiling tebu. Gula mentah impor itu diharapkan dapat memaksimalkan kapasitas pabrik gula, sehingga pabrik menjadi lebih efisien.

Dia menambahkan stok gula pada akhir tahun ini diprediksikan hanya sebanyak 861.000 ton. Dengan penambahan impor raw sugar 260.000 ton, maka stok gula akhir 2012 sebanyak 1,1 juta ton.(msb)