JAKARTA: Pelaut Indonesia bersama tiga pelaut dari Malaysia, Thailand
dan Iran, sejak Sabtu (4/8/2012) lalu disandera oleh perompak bersenjata
Nigeria.
"Mereka diculik dari kapal tongkang BG Jascon 33, pada Sabtu dinihari
waktu setempat 4 Agustus 2012], saat kapal berbendara St. Vincent itu
ada sekitar 35 mil dari pantai Nigeria," ujar Presiden Kesatuan Pelaut
Indonesia (KPI) Hanafi Rustandi hari ini, Kamis (9/8/2012).
Kapal milik perusahaan di Belanda itu mengangkut kru yang akan bekerja
di pengeboran minyak lepas pantai, ketika tiba-tiba satu kelompok
bersenjata api menyerang dan membajak kapal.
Petugas Angkatan Laut Nigeria yang mengawal kapal mencoba melakukan
perlawanan, tapi dua anggota AL itu akhirnya tewas ditembak perompak.
Hanafi menjelaskan sampai dengan saat ini, nasib dan keberadaan keempat pelaut yang diculik itu belum jelas.
Kementerian Luar Negeri sudah memerintahkan Kedubes Indonesia di
Nigeria untuk memantau peristiwa yang menimpa pelaut Indonesia.
"Selain berkoordinasi dengan Kemlu, kami juga menanyakan ke Kedubes
Nigeria di Jakarta tentang langkah-langkah yang diambil dan kondisi
terakhir, tapi belum ada jawaban," ungkapnya.
Dia menduga penyanderaan pelaut oleh kelompok bersenjata itu untuk
meminta tebusan, jadi secepatnya pemerintah harus mengambil tindakan,
yakni di antaranya berkoordinasi dengan Pemerintah Nigeria dan
Perusahaan Belanda selaku pemilik kapal, serta negara bendera kapal (St
Vincent).
Menurut Hanafi, pelaut Indonesia yang disandera itu bernama Glenny
Ferdinand Rugebregt, asal Maluku, yang baru beberapa bulan bekerja di
kapal tersebut.
Namun Glenny berangkat ke luar negeri tanpa melalui prosedur yang
ditetapkan, karena PT AAPL Indonesia Crew sebagai agen pengawakan kapal
itu merasa tidak memberangkatkan Glen, dan akhirnya diketahui berangkat
secara mandiri.(sut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar