Senin, 07 November 2011

Pos Indonesia ajukan pendirian regulated agent

JAKARTA: PT Pos Indonesia berencana mendirikan perusahaan regulated agent dan sudah mengajukan permohonan ke Kemenhub. Perusahaan baru ini menargetkan dapat memberi tarif yang kompetitif.

"Kami sudah ajukan proses perizinan pendirian perusahaan regulated agent (RA) kepada Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub sejak sebulan lalu," kata Presiden Direktur PT Pos Indonesia I Ketut Mardjana saat berkunjung ke redaksi Bisnis Indonesia, sore ini.

Dia menambahkan sebenarnya sudah ada jawaban dari Kemenhub, saat ini tinggal menunggu keluar izinnya. Menurutnya, Pos Indonesia masuk ke bisnis RA sebagai bagian dari strategi pengembangan bisnis perusahaan.

"Pertimbangan kami, ada baiknya kami menjadi perusahaan RA sendiri ketimbang kami menggunakan jasa perusahaan RA yang ada saat ini. Dengan demikian kami bisa menghemat biaya," katanya.

Ketut menjelaskan pihaknya sudah memiliki sejumlah mesin x-ray (pemindai) di beberapa daerah. Begitu juga dengan kantor di Bandara Soekarno-Hatta juga ada. "Dengan prasarana ini, kami hanya tinggal menambah sedikit investasi, hanya ratusan juta rupiah untuk masuki bisnis ini. Hanya tinggal menyesuaikan kantor untuk dijadikan RA sesuai spesifikasinya," kata Ketut.

Dengan demikian, lanjut dia, pihaknya dapat mengenakan tarif yang kompetitif kepada pemilik barang karena nilai investasi untuk pendirian perusahaan RA baru tidak perlu biaya tinggi. "Kami akan beri tarif kompetitif. Dengan semakin banyaknya perusahaan RA, akan lebih menguntungkan masyarakat karena setiap perusahaan RA akan berusaha memberikan tarif kompetitif dengan pelayanan maksimal," tuturnya.

Selain mendirikan perusahaan RA, Ketut menjelaskan ada beberapa strategi bisnis lainnya sebagai bagian dari pengembangan bisnis seperti memperluas pelayanan paket dan surat. Selain itu, bisnis jasa keuangan juga ditingkatkan dengan menggandeng sejumlah perusahaan.

Dia mengungkapkan perseroan juga berencana mendirikan perusahaan kargo bersama PT Garuda Indonesia Tbk. Perusahaan tersebut akan berbentuk patungan atau joint venture untuk mengoperasikan pesawat kargo khusus yang ditargetkan terbentuk pada pertengahan 2012.

Ketut menjelaskan pengiriman kargo Pos Indonesia melalui pesawat udara setiap harinya sebanyak 50 ton. Angka ini hanya 0,01% dari total kargo di Indonesia.

Ketut mengungkapkan perseroan memiliki tiga lini bisnis yang dikelolanya, yakni pengiriman surat dan parsel jasa keuangan dan logistik. Pembentukan perusahaan khusus kargo dengan Garuda Indonesia akan memperkuat lini logistik tersebut. Di sisi lain, selama ini pengiriman kargo Posindo sebanyak 90% telah dibawa dengan pesawat milik Garuda, sehingga untuk merealisasikan perusahaan patungan khusus kargo adalah hal mudah.

”Paling cepat pertengahan 2012 sudah bisa direalisasikan. Kalau sudah terealisasi, pesawat yang akan digunakan mungkin jenis kecil, nanti akan melayani wilayah barat dan timur, seperti Jakarta-Aceh atau Jakarta-Papua. Potensi kargo di Jayapura itu sangat besar, ini harus dimanfaatkan,” ungkap dia.

Ketut menambahkan pihaknya siap mendedikasikan sebagian areal lahan Kantor Pos Besar Pasar Baru seluas 4 hektare (ha) untuk digunakan untuk kantor bila diperlukan dalam merealisasikan rencana itu. Saat ini, secara umum areal lahan milik Posindo, termasuk Kantor Pos Pasar Baru, belum terutilisasi secara baik. Dengan menggandeng Garuda, diharapkan utilisasi maksimal.

Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar mengatakan kerja sama ini merupakan salah satu upaya pengembangan bisnis perseroan untuk mengadakan pesawat khusus kargo atau freighter, setelah sebelumnya  bekerjasama untuk penjualan tiket secara online.

"Selama ini PT Pos Indonesia hanya memanfaatkan pesawat penumpang Garuda untuk mengangkut kargo pos, padahal volume yang diangkut setiap harinya besar," katanya.

Dia menambahkan angkutan kargo Pos Indonesia di Garuda mencapai 90% dari total kargo perusahaan pengiriman nasional itu. Pendapatan Garuda dari total angkutan kargo mencapai 11%, namun dengan adanya pesawat freighter kontribusi bisa mencapai 16%-18%.

”Soal pesawat khusus kargo ini masih ide dari Posindo. Akan dilihat dulu juga pasarnya bagaimana, pesawatnya apa. Kalau untuk freighter itu ada tiga pilihan, dari yang kecil Boeing B737 yang bisa langsung dikonversi ke freighter, yang sedang Airbus A330, atau yang besar Boeing 747,” katanya.(mmh)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar